BIOGRAFI HJ ROBIATUL ADAWIYAH
BIOGRAFI HJ ROBIATUL ADAWIYAH
Robiatul Adawiyah. Beliau
dilahirkan di Utama (merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Cimahi)
pada tanggal 5 Mei 1951. Beliau merupakan anak ketiga dari pasangan H. M.
Kalyubi, yang merupakan keturunan dari Buya Idris dan Hj Aminah, dan Rd Hj
Lasminingrat, yang merupakan keturunan dari Buya Iping (KH Rd Imam Rofi’i) dan
Hj Siti Jumirah. Sejak kecil, beliau tinggal di daerah Utama bersama adik-adik
dan saudaranya, karena keluarganya merupakan keluarga besar. Adapun
adik-adiknya yang masih hidup saat ini yaitu Siti Romlah, Ahmad Hamim Amsar,
Siti Sadiyah, dan Siti Jamilah. Darah bangsawan mengalir pada diri beliau. Akan
tetapi beliau tidak bisa diberi gelar raden karena gelar tersebut berhenti hanya
sampai pada Ibunya, dimana gelar tersebut tidak bisa diturunkan dari turunan perempuan.
Sejak kecil, beliau sudah
disibukkan dengan mengurus adik-adiknya. Ayahnya berprofesi sebagai petani dan kusir
andong, sementara Ibunya aktif mengajar ngaji di sekitar daerahnya. Perihal
pendidikan fomal, beliau hanya lulus hingga SD. Meskipun begitu, beliau tekun
belajar agama di Madrasah Al-Ikhwan dan beberapa madrasah lainnya. Sejak kecil
beliau selalu mengikuti Ibunya mengaji, salah satunya mengikuti pengajian di Buya
Sepuh (Buya Mamad). Adik Ibunya menikah dengan Buya Sepuh, sehingga beliau
menjadi keponakannya.
AWAL MULA BERTEMU DENGAN SANG
SUAMI
Setelah lulus pendidikan sekolah
dasar, beliau tidak melanjutkan pendidikan formal. Akan tetapi beliau aktif
mengaji sebagai seorang santriwati. Salah satu madrasah tempat beliau belajar
yaitu Unwanul Falah, madrasah yang menjadi tempat awal pertemuan beliau dengan
suaminya karena suaminya (KH M Hasan Bisri) merupakan guru ngajinya pada saat
itu. Akhirnya mereka menikah pada tanggal 25 September 1965 saat Robiah berusia
14 tahun. Karena pada saat itu usia minimal pernikahan wanita adalah 16 tahun,
maka Robiah mengganti tahun kelahirannya di KTP menjadi tahun 1951.
Pada mulanya, saat tinggal di
daerah Utama, mereka berdua tinggal bersama orang tua. Kemudian berniat untuk
memisahkan diri dari orang tuanya dan membangun rumah sendiri. Karena rumah
mereka tergusur oleh pembangunan jalan tol Padaleunyi, akhirnya mereka semua
hijrah ke daerah Cisalak, Leuwigajah pada awal tahun 1984.
Beliau pindah ke Leuwigajah ke
kediaman asal suaminya dengan membawa anak-anaknya yang masih kecil, serta memboyong
orang tua dan adik-adiknya. Dari hasil pernikahannya, Robiah dan Hasan Bisri
dikaruniai 10 orang anak, 5 laki-laki dan 5 perempuan. Saat sedang hamil anak
ke-4, beliau mengalami kecelakaan karena jatuh saat akan melahirkan. Beliau sempat
dilarikan ke rumah sakit dan akan dilakukan tindakan operasi. Namun atas
sugestinya yang sangat kuat, pada akhirnya beliau bisa melahirkan secara
normal. Selanjutnya beliau mengalami masalah pula di kehamilan anak ke-10,
yaitu perdarahan secara tiba-tiba. Beliau sempat mengalami kekurangan darah
kemudian di tranfusi. Atas izin Allah, beliau dapat melahirkan kembali secara
normal. Akan tetapi pada akhirnya beliau melakukan operasi steril atas saran dokter
karena dokter menyatakan bahwa kandungannya sudah lemah, sangat beresiko
apabila mengandung anak lagi.
Saat masih muda, beliau sering
berjualan untuk membantu penghasilan sang suami yang dulunya berprofesi sebagai
guru agama karena anak-anaknya masih sekolah dan jarak umurnya berdekatan.
Karena hal tersebut, Robiah rela menjual perhiasan untuk membiayai sekolah
anak-anaknya. Atas hasil kerja keras keduanya, semua anaknya dapat lulus hingga
pendidikan SMA, bahkan ada beberapa yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Profesi
anak-anaknya beragam, mulai dari menjadi kontraktor, guru, pedagang, polisi,
pegawai swasta, dan ibu rumah tangga.
Pada tahun 1990 saat usianya 39
tahun, Robiah bersama suaminya pergi ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah
haji dan umrah. Saat sedang melakukan ibadah, terjadilah kecelakaan di
terowongan Mina. Akan tetapi atas izin Allah mereka kembali ke tanah suci
dengan selamat. Saat pulang ke tanah air, banyak yang menyebutnya Bu Hajjah dan
Pak Haji.
Pada tahun 2011, beliau sempat
mengalami struk selama hampir dua tahun. Akibat penyakit tersebut, beliau tidak
bisa bangun dari tempat tidur. Bahkan beberapa anggota tubuhnya tak bisa
difungsikan sebagaimana biasanya. Waktu sepanjang hari yang biasanya beliau
gunakan untuk mengaji dari mesjid ke mesjid, akhirnya dengan terpaksa harus
digunakan untuk berbaring di kamar tidur. Beliau sempat menjalani operasi dan
dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lumayan lama. Karena faktor jarak, akhirnya
beliau dipulangkan ke rumah dan kemudian diurus oleh anak-anaknya. Suaminya sama
sekali tidak meninggalkan beliau, bahkan mengurusinya dari bangun tidur hingga
tidur kembali, dari makan hingga buang air dengan penuh kesabaran. Seringkali beliau
mengalami kesakitan dan tubuh yang panas pasca operasi dan dipulangkan ke
rumah. Banyak sekali warga yang menjadi muridnya bergantian untuk menjenguk ke
rumah dan memberikan do’a terbaik. Atas do’a yang senantiasa dipanjatkan
keluarga, kerabat, dan warga sekitar, ikhtiar maksimal serta sugesti sembuh yang sangat besar, alhamdulillah beliau bisa kembali sehat dan menjalankan
aktivitas seperti biasanya menjadi guru ngaji, meskipun di beberapa bulan
pertama belum pulih secara maksimal, bahkan mesti bolak-balik rumah sakit untuk
melakukan terapi.
Hingga saat ini Hj Robiah
memiliki jama’ah sekitar 100 orang yang tersebar di berbagai majelis ta’lim yakni
Al-Hidayah, At-Taqwa, Al-Istiqomah, Al Ihsan, dan Majelis Talim Nurul ‘Ilmi. Sepanjang
waktu beliau habiskan untuk mengaji dan mengajar ngaji atas pesan Ibunya saat
masih hidup. Beliau pernah menjadi Ketua Pengajian Al-Hidayah di tingkat Kelurahan
dari tahun 1995-2000, selanjutnya menjadi ketua BKMM di tingkat kecamatan dari
tahun 2005-sekarang. Usia senjanya beliau gunakan untuk berdakwah dan menemani
suaminya, ditemani oleh anak-menantu serta cucu-cucunya yang berjumlah 32 orang
dan buyut berjumlah 2 orang. Semoga beliau senantiasa diberikan umur yang
panjang serta berkah, dan selalu diberikan kesehatan agar tetap melanjutkan
rantai dakwah Ibunya demi kemaslahatan Ummat. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar